Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 6, 2014

KASUR UDARA


"Rama, wonten tamu" (Rama, ada tamu) suara Rama Agoeng terdengar sekitar jam 10.00 Senin 4 Agustus 2014 di kamar Rama Bambang yang sedang tiduran sambil mendengarkan radio. Rama Bambang segera pindah di kursi roda dan ternyata ada Rama Bilie dari Paroki Dirjodipuran, Sala, dengan 3 orang ibu. Mereka bergantian menyalami Rama Bambang dan kemudian diajak oleh Rama Agoeng ke kamar makan. Kedatangan mereka memang sudah diketahui karena sudah SMS ke Rama Agoeng beberapa jam sebelumnya ketika para rama Domus sedang makan pagi.

Ketika Rama Bambang menyusul mereka, di meja makan sudah terdapat tas bingkisan oleh-oleh. Ternyata salah satu ibu dulu biasa ikut pendalaman Jumat Pertama siang di makam Rama Sanjaya. Bahkan almarhum ibu salah satu lainnya, bu Popie, dulu juga peserta aktif acara makam Rama Sanjaya. Maka mereka tampak sudah akrab dengan Rama Bambang karena dialah yang menjadi pengisi acara di makam Rama Sanjaya pada waktu itu. Pembicaraan sana-sini ternyata kemudian terfokus pada kondisi Rama Harjaya yang kini masih di RS Panti Rapih. "Nanging sakniki pun rada pulih. Pun isa polah" (Tetapi sekarang sudah membaik. Sudah dapat bergerak dan berulah) kata Rama Bambang yang disambung dengan pertanyaan salah satu ibu "Lho waune parah ta?" (Lho, tadinya parah ya?). Rama Agoeng menjelaskan "Tadinya ketika ditensi tidak tampak pira. Ning sakniki pun ketok satus. Luka-luka gegere nggih pun kering. Nek wangsul kudu nukokke kasur udara" (Semula ketika ditensi tidak tampak angka berapa. Kini sudah tampak 100. Luka-luka dipunggung sudah mengering. Kalau pulang Domus harus dibelikan kasur udara). "Jare regane sekitar limang yuta" (Katanya harga kasur itu 5 jutaan rupiah) sambung Rama Bambang.

Bu Popie ke luar ruangan ketika pembicaraan berlangsung. Beberapa saat kemudian ketika masuk ruang makan beliau berkata "Tidak ada lagi kasur udara. Dulu pernah jual tetapi jumlah pembeli amat sedikit" kata Bu Popie yang ternyata baru saja menelpon seorang penjual kasur di Sala. "Niku ontene kathah teng toko kesehatan, kok" kata Rama Bambang. Bu Popie menelpon lagi barangkali ke orang lain. Di tengah menelpon beliau sempat bilang "Ana" (ada) terus keluar meneruskan pembicaraan telepon. "Besok akan segera dikirim. Di sini alamatnya mana?" kata Bu Popie ketika kembali ke ruang makan. "Besok saya ke Sala. Kirimkan saja ke Pastoran Dirjodipuran" sambung Rama Agoeng. Ketika Bu Popie selesai menelpon lagi Rama Agoeng bertanya "Harganya berapa?" yang disahut oleh Rama Bilie "Ra sah takon, cetha wis dibayari" (Tidak usah bertanya karena jelas sudah ada yang membayar). Rama Agoeng pun berkata sambil tertawa "Ya mung wangun-wangune" (Ya sekedar basa-masi) yang diteruskan oleh Rama Bambang "Nek ngono kami ra sida urunan tuku kasur udara" (Kalau begitu kami tidak jadi iuran membeli kasur udara).

0 comments:

Post a Comment