Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 13, 2014

"SUDUT MIRING" MASYARAKAT DALAM MEMANDANG LANJUT USIA

-----------------------------------------------------------------------------------
Dipublikasi pada Kamis, 12 Mei 2011 by samaya dalam gaumabaji.kemsos.go.id
-----------------------------------------------------------------------------------

Artikel

FREE photo hosting by Kemensos Image HostingBagi Masyarakat Indonesia kebudayaan kekeluargaan sangat kental dan pada umumnya tidak keberatan menerima seseorang jika sudah menjadi tua. Namun kenyataannya banyak keluarga-keluarga yang bahkan mampu dari segi materi tetapi tetap menitipkan orang tuanya ke panti jompo. Sepertinya perlu ditinjau kembali kal masyarakat Indonesia memiliki rasa kekeluargaan yang kental dan mau menerima anggota keluarga yg lansia. Mungkin hal ini perlu diperjelas sehingga tidak berkepanjangan dan dapat mematahkan mitos kalau lansia itu adalah beban keluarga dan masyarakat, sehingga orang lain dapat memahami lansia secara benar dengan melihat realita yg ada sehingga lansia memiliki hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan kondisi, usia, jenis kelamin dan status sosial mereka dalam masyarakat. Pemahamam masyarakat awam tentang lansia dewasa ini masih sangat kurang, tergantung dari tingkat pendidikan, budaya serta hal-hal yang berkaitan dalam aktifitas berinteraksi dalam masyarakat, Tentu hal tersebut juga memberikan andil dalam sudut miring dari kebanyakan masyarakat dalam memandang lansia saat ini.

Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam memandang lanjut usia antara lain:

1. Lansia sama dengan pikun
Anggapan bahwa semua lansia pikun adalah salah karena tidak semua lansia mengalami pikun. Dalam kehidupan manusia daya ingat akan berubah sesuai dengan usia, sehingga setelah orang menjadi lansia ia tidak cepat dapat mengingat sesuatu, ataupun kejadian.
Demi menjaga agar daya ingat lansia tidak cepat berubah, karena kondisi fisik dan usia, maka perlu dihindarkan atau paling tidak dikurangi dari hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan, kekawatiran, kecemasan, rangsangan emosi, depresi dan sakit. Disinilah kepedulian dari orang yang lebih muda sangat diperlukan sebagai kontrol agar lansia tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya. Bukan malah menjauhi dan menganggap remeh dan biasa saja ketika lansia pikun. Yang seharusnya dilakukan adalah merangsang ingatan-ingatannya agar dapat berfungsi secara optimal.

2. Lansia Tidak Berdaya

Sangat salah ketika kita mengatakan bahwa semua lansia tidak berdaya. Karena dalam kenyataan para lansia tetap eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih baik. Misalnya artis mpo Atik, Tante Laila Sari dan banyak lagi.
Lansia itu memiliki segudang pengalaman dan tentunya sudah melawati semua proses tahap dan tugas perkembangan seorang manusia, sedangkan saya yang masih muda ini belum melewati masa tua. Terkadang memang ada yang pasrah dan malas ini termasuk lansia yang masa mudanya terkuras oleh tugas-tugas yg berat untuk menghadapi lansia seperti itu harus diberi dukungan dan support agar supaya mereka tidak terpinggirkan dan tetap memiliki harga diri. Seorang lansia juga tidak perlu selalu didampingi kemana-mana dengan alasan takut hilang dan harus selalu dirumah untuk beristirahat. Pola seperti ini juga salah karena memberikan stigma kalau lansia tidak berdaya dan memperburuk kondisi lansia tersebut.

3. Lansia Sukar Menerima Informasi Baru
Dalam kehidupan lansia umumnya haus akan berita-berita baru dan informasi-informasi baru, karena mereka tidak mau ketinggalan informasi dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Dalam kenyataan kita menjumpai bahwa mereka banyak nonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, majalah ataupun bertanya kepada sesama lansia atau orang yang lebih muda tentang tentang hal-hal baru yang berkembang dalam masyarakat. Dalam kenyataan lansia lebih tahu berita baru dari orang-orang lain dan sangat senang menyampaikan berita baru tersebut kepada kawan-kawannya, maupun kepada yang lebih muda. Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitifnya, fungsi afektifnya dan fungsi psikomotoriknya yang membuat syaraf-syaraf otaknya tetap berfungsi secara normal.

4. Lansia Tidak Butuh Cinta dan relasi seksual

Siapa bilang lansia tidak butuh cinta dan relasi seksual. Sesungguhnya sepanjang rentan kehidupan manusia yang namanya kebutuhan cinta dan seksual selalu ada. Ini dipengaruhi pada proses berpikir, perasaan dan kemapuannya tetap berfungsi baik itu fungsi kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Sangat keliru jika lansia dianjurkan untuk mengisolasi diri dan membuang pikiran tentang seks.

5. Lansia Tidak Produktif dan Menjadi Beban Masyarakat

Dalam banyak kasus lansia selalu menjadi penasehat spiritual seseorang, entah itu sebagai pemuka agama, maupun tokoh masyarakat dan terkadang nasehat mereka sangat jitu dalam berbagai kasus tertentu dalam masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Hakekatnya produktifitas seseorang tidak bisa hanya dilihat dari bisa tidaknya memperoleh penghasilan berupa materi yang biasanya ditunjukkan dengan kekuatan fisik yg dapat bekerja, namun produktifitas juga dapat dilihat dari cara seseorang berfikir untuk menyelesaikan masalah dan memberikan suatu jalan keluar terhadap masalah seseorang. Jadi lansia bukan merupakan beban bagi kaum muda, sebaliknya mereka sering menjadi teladan dalam bertingkah laku, sopan santun dan disiplin, semangat perjuangan dan banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita petik.

6. Lansia Lemah, Jompo, Ringkih, Sakit-sakitan atau Cacat

Kondisi kesehatan itu berlaku di setiap mahkluk individu baik anak, remaja, dewasa maupun lansia. Jadi salah ketika sakit hanya diberlakukan bagi kaum lansia. Masih banyak lansia yang gagah, masih mampu bekerja keras dan bahkan masih banyak yang memiliki jabatan penting dalam suatu lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Contoh kecil di PSTW gau Mabaji Gowa. Dari 100 klien regular yang ada hanya 4 orang yang diberikan perawatan Total Care, sementara yang lain masih bisa beraktivitas dengan sempurna.

7. Lansia menghabiskan uang untuk berobat

Lansia umumnya tahu diri dan faham betul dalam menjaga dan memelihara kesehatan dirinya yang ditunjukkan bentuk rajin olah raga ringan, rajin beribadah dan peduli terhadap kesehatannya.
Jadi mereka terkadang mengatur pola makannya sendiri misalnya makan tidak berlebihan, melakukan diet dan tidak melakukan kegiatan secara berlebihan sehingga memperkecil datangnya penyakit. Manusia yang usianya 70 tahun keatas pasti kadar gula, garam dan lemak sudah jauh lebih banyak sehingga rentan terkena penyakit diabetes, stroke jantung dan lain-lain
Ketika lansia itu dapat mengontrol pola makan dan hidup teratur maka biaya untuk berobat bisa ditekan sekecil mungkin dan bisa jadi biaya kesehatan bisa dialihkan untuk biaya yang jauh lebih penting bagi lansia.

Fenomena yang saya sebutkan memang masih membutuhkan penelitian yang jauh lebih dalam. Namun inilah kenyataan di sebagian wilayah Indonesia yang masih menganggap sebagian Lansia adalah Masalah dan beban. Tentunya sebagai bagian dari pelayanan sosial lanjut usia, maka sudah seharusnya kita mengetahui hal tersebut dan senantiasa selalu meningkatkan skill serta integritas dalam memberikan pelayanan.

0 comments:

Post a Comment