Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, September 14, 2014

GREEN TEA & CASAVA RINGS

Ketika sedang makan siang Minggu 7 September 2014, sesudah Novena Domus dan kemudian ikut menerima tamu para mantan seminaris angkatan Rama Tri Wayono, Rama Bambang berseru kepada Rama Agoeng yang tampak menuju pintu keluar "Mboten dhahar?" (Tidak makan?). Rama Agoeng menjawab "Ajeng mbabi" (Akan makan masakan babi) yang disahut Rama Bambang "Kula ndherek. Onten liyane, ta?" (Saya ikut. Ada masakan lain, ta?). "Siiiip, mangga. Kalih Nonie lan Bu Rini" (Siiiip, mari. Bersama Nonie dan Bu Rini). Kebetulan makan di piring rama Bambang sudah habis sehingga dapat langsung ikut berangkat. Ternyata yang menyopir mobil adalah Indra, kemenakan Rama Joko yang biasa berada di Komsos. Rombongan langsung menuju warung yang terkenal aneka masakan babinya di kampung Jalan Turi sebelah Barat agak ke Utara Rumah Sakit. Kecuali Rama Bambang semua makan nasi dengan bermacam-macam model masakan babi. Rama Bambang hanya minum teh tawar karena selain sudah makan di Domus Pacis di warung itu tak ada menu lain. "Jan-jane Rama Bambang mung arep gawe Rama Harto meri" (Sebenarnya Rama Bambang hanya akan membuat iri Rama Harto) kata Rama Agoeng yang membuat tertawa teman-teman lain.

"Ini seperti piknik, ya?" kata Bu Rini yang diiyakan oleh Nonie. Tiba-tiba Rama Agoeng berucap "Gimana kalau kita mengunjungi cafe Rama Deny?". Semua setuju sehingga setelah selesai di warung babi rombongan menuju Jalan Kaliurang di daerah dekat tempat wisata Kaliurang. Di situ ada bangunan kantor Yayasan Bernardus Yogyakarta yang membawahi sekolah-sekolah Sanjaya dan sekolah lain yang bernaung. Bangunan itu sekaligus menjadi pastoran dan berada di tanah luas yang juga dijadikan camping ground. Rama Deny, yang juga menjadi pastor pembantu Paroki Medari, adalah pimpinan yayasan itu. Untuk menunjang usaha dana Rama Deny juga membuat cafe eksklusif yang hanya menyediakan minuman dan snak. Menurut Rama Agoeng sebagai cafe eksklusif harga sajiannya terhitung murah dan mendapatkan rangking di Yogyakarta. Untuk Rama Bambang yang terbiasa hanya di warung rakyat murahan, minuman yang kesemuanya disajikan dalam cangkir kecil seharga minim Rp. 10.000 sudah terlalu tinggi. Demikian juga sajian menu snaknya. Nonielah yang mengajak mencoba mencicipi sajian cafe. Rama Bambang memilih green tea tawar untuk minum tetapi dengan persetujuan Rama Deny disajikan dalam gelas agar airnya banyak. Ketika minuman itu datang Rama Bambang nyeletuk "Lho, green tea-ne diwadhahi lodhong nganggo cangkingan" (Lho, muniman green tea disajikan dengan toples pakai pegangan). Tentu saja celethukan ini membuat semua tertawa. Sebetulnya Rama Bambang dalam hati tertawa terbahak-bahak begitu melihat snak yang dipesan datang. Dia memesan casava rings. Ini adalah kue lingkaran gelang-gelang terbuat dari singkong. Rama Bambang amat menikmatinya. Kue ini di Kulon Progo diberi nama GEBLEG ha ha ha .... Rama Deny memang kreatif. Banyak hal tradisional disajikan secara global. Think globally while acting locally.

0 comments:

Post a Comment