Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, September 20, 2014

Sabda Hidup

Minggu, 21 September 2014
Hari Minggu Biasa XXV
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yes. 55:6-9; Mzm. 145:2-3,8-9,17-18; Flp. 1:20c-24,27a; Mat. 20:1-16a. BcO Tb. 1:1-22

Matius 20:1-16a:
1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. 2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. 5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? 7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. 8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Renungan:
Spontan, kala membaca bacaan hari minggu ini kata hatiku mengatakan, "yang tak laku dihargai Tuhan". Tuan rumah atau pemilik kebun anggur dari pagi sampai sore mencari orang yang menganggur untuk bekerja di kebunnya. Rasaku mereka yang sampai sore belum mendapat pekerjaan adalah kelompok orang yang tidak laku. Mereka yang tidak laku ini diambil oleh sang pemilik anggur dan pada saatnya mereka mendapat penghargaan yang sama dengan pekerja yang lain. Tuhan mengangkat yang tak laku menjadi sungguh berharga. Itulah salah satu prinsip Kerajaan Sorga.
Dalam banyak kesempatan kita bisa melihat banyak kejadian yang mengesampingkan segala sesuatu yang dianggap tidak berharga, bahkan manusia pun diperlakukan begitu. Diantara kekejaman seperti itu kita bisa bersyukur juga karena ada banyak pribadi yang rela mengangkat yang tampaknya tak berharga menjadi sungguh bernilai. Ada banyak lembaga sosial yang menolong anak/orang tua terbuang. Terhadap benda, ada banyak orang yang kreatif, bahkan menjadikan sampah menjadi emas.
Belajar dari pengalaman ini, marilah kita membuka hati dan budi bahwa tidak ada yang tidak berharga di sekitar kita. Ketika kita membuka mata dan hati kita akan mampu melihat semua yang ada layak dihargai. Marilah kita ubah yang tak laku menjadi bernilai.
   
Kontemplasi:
Pejamkan matamu dan ikuti alur dalam Injil . Rasakan bagaimana Tuhan menghargai setiap pribadi sebagai makhlukNya yang sungguh berharga.

Refleksi:
Bagaimana sikapmu dalam menghadapi mereka yang dicap tak berharga?

Doa:
Tuhan semoga aku mampu menghargai sesamaku sebagaimana Engkau menghargaiku sebagai ciptaanMu yang terbaik. Amin.

Perutusan:
Aku tidak akan menganggap remeh sesama ataupun segala sesuatu yang diberikan Tuhan kepadaku.

0 comments:

Post a Comment