Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, September 10, 2014

THIS IS SRENGGI

Ini terjadi pada Minggu 7 September 2014. Ketika acara Novena Domus selesai, para peserta sedang makan siang, dan beberapa jaringan kelompok peserta selesai membuat perjanjian-perjanjian dengan Rama Bambang ..... seorang bapak mendekati Rama Bambang. "Kula rumiyin muridipun rama" (Saya dulu murid rama) kata bapak itu yang disahut oleh Rama Bambang "Wonten pundi?" (Dimana?). Bapak itu menjelaskan "Wonten Seminari Mertoyudan. Kula Mangun, rama" (Di Seminari Mertoyudan. Nama saya Mangun, rama). Rama Bambang segera tahu bahwa di Domus Pacis memang ada rombongan eks Seminaris Mertoyudan seangkatan Rama Tri Wahyono. Suara tertawa mereka dari rumah induk Domus Pacis sudah terdengar di tempat pertemuan Novena sekitar jam 11.00. Bapak itu kemudian mendorong kursi roda yang diduduki oleh Rama Bambang menuju ruang pertemuan dalam. Di situ sudah ada banyak eks Seminaris baik yang bersama istri maupun yang jadi imam seperti Rama Haryatmoko, Rama Pri, dan Rama Hari Kus. Rama Tri Wahyono dan Rama Harto berada di antara mereka.

Mereka memang pernah serumah di Seminari Mertoyudan dengan Rama Bambang ketika menjadi Toper (menjalani Tahun Orientasi Pastoral) selama setahun pada tahun 1977. Dari pertemuan itu muncul celotehan yang mengingatkan peristiwa jaman dulu. "Dulu Rama Bambang jadi pelatih pentas drama. Itu yang mengesan" salah satu berkata yang disambung oleh Rama Hari  Kus "This is Srenggi" dan semua jadi tertawa dan lebih terbahak-bahak ketika Rama Tri Wahyono menyambung dengan melagukan kalimat "Ayo kawan berburu". Rama Bambang pun ikut tertawa dan teringat ketika mementaskan kisah gugurnya Parikesit, Raja Hastina, petikan dari Mahabarata. Pentas itu disajikan untuk tamu luar negri rombongan Jendral Serikat Yesus, Pater Arrupe SJ. Rama Bambang kadang harus memberikan penjelasan singkat dalam bahasa Inggris. Padahal dia amat miskin omong Inggris. Maka yang muncul adalah Inggris ngawur dan aneh. Dan ini tentu menjadi kesempatan para seminaris bisa mengejek Rama Bambang yang pada waktu itu masih calon imam. Dan ketika itu diingatkan lagi pada kunjungan itu, Rama Bambang berkata "Tetapi peristiwa itulah yang menyelamatkan saya sehingga tidak dikeluarkan. Sebenarnya ada dua imam yang pada waktu itu melihat banyak hal keliru dalam bimbingan saya terutama dalam teater. Mereka melihat ada bahaya untuk penyesatan iman. Nah, pentas waktu itu membuat Jendral Arrupe, yang ternyata getol pengembangan iman berlandaskan budaya, memberikan penghargaan pada bimbingan calon imam Seminari Mertoyudan yang inkulturatif". "Rama Bambang mendapatkan pujian?" salah satu bertanya yang langsung dijawab oleh Rama Bambang "Ya tidaaaak. Yang dapat pujian rektor. Saya pada waktu itu kan rakyat biasa" dan semua tertawa.

0 comments:

Post a Comment