Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, October 22, 2014

Sabda Hidup

Kamis, 23 Oktober 2014
Yohanes dr Kapestrano, Gulielmus
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Ef. 3:14-21; Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19; Luk. 12:49-53. BcO Sir. 38:24 - 39:11

Lukas 12:49-53:
49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Renungan: 
Kehadiran pribadi istimewa bukan hanya membuat orang terpesona, tapi bisa juga membuat orang saling berselisih. Mereka yang kagum akan menjadi pengikut yang militan. Sebaliknya mereka yang merasa terganggu dengan kehadirannya akan berusaha sedemikian rupa menghindari atau bahkan menyingkirkannya.
Saya teringat kala pemilu presiden digulirkan, juga kala sudah ada yang terpilih. Kekalutan politik merambah pada pribadi-pribadi politikus, bahkan sedikit banyak bergema dalam suasana kebersamaan masyarakat umum. Kritak-kritik bahkan umpat-caci sering terlontar. Makin hari makin panas. Sang pesona membangkitkan hasrat kawan menjadi lawan  penyama posisi. Dalam ketenangan dan kerendahan hati sang pesona pun mengambil langkah pendingin suasana. Ia tidak menghiraukan umpat-caci yang pernah diterima karena cinta pada keutuhan rakyat menjadi perekat daya yang melekat dalam keutuhan pribadinya.
Perjalanan masih panjang. Perbedaan kepentingan maupun cara masih berkembang. Aneka langkah mengarak deretan rasa sangsi, membangkitkan curiga mereka yang masih menyimpan dendam, walau para panglima sudah mulai saling memberikan hormat. Benarlah kala Sang Guru utama mengatakan, "Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya" (Luk 12:53). Kita pun tidak tahu babak2 berikutnya. Kita boleh percaya walau seru tapi akan tetap menyatu. Semoga kelam disibak oleh nyala pelita penuntun menuju cahaya kejayaan.

Kontemplasi:
Ingatlah kembali perjalanan kebersamaan dan konflik-konflik bangsa kita. Gambarkan harapanmu atas persaudaraan anak-anak bangsa.

Refleksi:
Tulislah pengalaman dan atau pengamatanmu tentang perseteruan-persahabatan anak-anak bangsa ini.

Doa:
Tuhan semoga aneka macam konflik yang ada merupakan masa merekonstruksi bangsa ini bukan destruksi bangunan kokoh yang telah ada. Amin.

Perutusan:
Aku akan berperan mencairkan suasana hidup yang beku.

0 comments:

Post a Comment