Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, October 30, 2014

Sabda Hidup

Jumat, 31 Oktober 2014
Alfonsus Rodriguez
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Flp. 1:1-11; Mzm. 111:1-2,3-4,5-6; Luk. 14:1-6. BcO Keb. 6:1-25

Lukas 14:1-6:
1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. 3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" 4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. 5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" 6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Renungan: 
Tidak ingin berisiko. Kalimat tersebut spontan muncul dalam benakku kala membaca Luk 14:4, "Mereka itu diam semuanya." Orang-orang yang mengamat-amati gerak-gerik Yesus yang hendak menyembuhkan di hari sabat tidak mau menjawab pertanyaan Yesus. Kesanku mereka tidak mau menjawab karena tidak mau menanggung resiko atas jawabannya. Kalau menjawab "boleh" maka mereka akan dicap menentang aturan. Sedang kalau menjawab "tidak" mereka akan dituduh tidak manusiawi karena binatang pun mereka selamatkan di hari sabat, mengapa menyelamatkan manusia dilarang (bdk Luk 14:5). Maka mereka diam daripada harus menanggung risiko.
Yesus pribadi tidak takut dengan reiiko tuduhan melawan hukum hari sabat. BagiNya si busung air ini membutuhkan pertolonganNya. Kesakitan yang dia alami serta kedatanganNya kepada Tuhan Yesus menggerakkan hati Yesus untuk menyembuhkannya walau harus menabrak aturan hari sabat.
Belajar dari pengalaman ini, marilah kita tidak lari dari tanggugjawab kemanusiaan kita walau kala kita melakukan tanggungjawab tersebut kita harus berhadapan dengan cela karena dianggap melanggar aturan. Beriman tidak kaku dengan aturan. Beriman tetap perlu mendahulukan keselamatan manusia, karena Allah pun membela kemanusiaan umatNya.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu mendapat pertanyaan: apa yang akan kaulakukan kala ditanya Yesus, "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"

Refleksi:
Apakah hatimu masih gampang tergerak untuk menanggapi masalah-masalah kemanusiaan? Mengapa?

Doa:
Tuhan semoga aku tidak membiarkan orang yang membutuhkan bantuan menyembuhkan sakitnya. Semoga hatiku gampang tergerak untuk berbela rasa. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengasah, mengolah dan mengembangkan belarasaku.

0 comments:

Post a Comment