Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, November 12, 2014

PIA MUNTILAN


Rencana awal lebih sebulan lalu Pendampingan Iman Anak (PIA) Paroki Muntilan akan datang sebanyak 150 orang. Ini adalah informasi dari Ibu Wigati, Ketua Tim Kerja PIA Muntilan. Mereka akan datang pada hari Minggu 9 November 2014. Beberapa hari sebelum hari H Rama Bambang bertanya "Benjang ngersaaken mawi kursi napa lesehan?" (Besok minta duduk di kursi atau tikar?) yang dijawab oleh Bu Wigati "Lesehan mawon, rama. Lan ingkang dhateng namung seketan mawi setunggal bis" (Pakai tikar saja, rama. Dan yang datang hanya 50an pakai satu bus). Karena informasi ini, maka rencana penerimaan yang tadinya akan dilakukan di Ruang Barnabas (ruang pertemuan luar yang dapat menampung orang dewasa dengan 300an kursi) dipindahkan di ruang pertemuan dalam.

Pada sekitar jam 10.45 Minggu 9 November 2014 rombongan PIA Muntilan memang jadi tiba di Domus Pacis. Selain anak-anak dan pendampingnya, beberapa orang tua juga menyertai. Di Domus Pacis mereka hanya minta misa. Rombongan ini dari Domus akan menuju Taman Pintar, Yogyakarta. Misa dimulai sesudah salah satu pendamping PIA menyampaikan pidato pembuka. Dalam pengantar bagian Ritus Pembuka, Rama Bambang mengenalkan tentang Domus Pacis. "Rumah ini namanya Domus Pacis. Apaaaaa?" kata Rama Bambang yang disambut dengan seruan anak-anak "Doooomuuuus Paaaaaciiiiiis" yang diikuti tepuk tangan. Rama Bambang memang tampil memimpin misa. Kata Domus Pacis dijelaskan sekilas yang berarti "Rumah Damai". Kemudian Rama Bambang mengenalkan satu persatu rama-rama yang tinggal di Domus Pacis dengan kondisi masing-masing mulai dari Rama Harjaya disusul Rama Jaka, Rama Yadi, Rama Agoeng, Rama Tri Wahyono, Rama Harto, Rama Bambang, Rama Giyono. Anak-anak diminta untuk menghafalkan satu persatu dengan nyanyian lagu Lihat Kebunku "Nomer satu Rama Harjaya, nomer dua Rama Jaka, nomer tiga Rama Yadi, nomer empat Rama Agoeng. Nomer lima Rama Tri Wahyono, nomer enam Rama Harto, nomer tujuh Rama Bambang, nomer delapan Rama Giyono". Suasana makin bersemangat karena ketika menyebut nama rama anak-anak diajak untuk menggerakkan badan sesuai dengan kondisi masing-masing rama.

Bagian homili praktis menjadi momen katekese untuk anak. Yang jelas dengan memperhatikan jumlah yang ikut komuni, yaitu 42 orang, yang hadir lesehan di ruang dalam Domus dan beberapa orang duduk di teras depannya ada lebih dari 70 orang. Tampaknya lebih dari 30 anak belum komuni, karena Rama Bambang meminta anak-anak ini menuju Rama Harto memohon berkat. Rama Harto pun memberkati satu per satu. Kalau menimbang ada dua bus (besar dan kecil) yang dipakai, barangkali kesemuanya ada 80an orang. Sesudah misa rombongan Muntilan makan siang bersama dengan menu dalam dos yang disediakan oleh koordinatornya.

0 comments:

Post a Comment