Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, November 4, 2014

Sabda Hidup

Rabu, 05 November 2014
Fransiskus de Campillas, Fransiska Ambosia, Guido M. Conforti
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Flp. 2:12-18; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 14:25-33. BcO Keb. 11:20b - 12:2,11b-19

Lukas 14:25-33:
25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? 32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Renungan: 
Salib adalah konsekuensi atas sikap dan pilihan Yesus dalam menjalani perutusan Bapa. Salib bukan petaka karena kebodohan dan kemalasan hidup. Yesus mengalami salib karena Ia sungguh-sungguh menjalankan hidupNya selaras kehendak Bapa, bukan kemalangan karena kemalasan dan keputusasaan.
Kadang kita mudah mengartikan semua penderitaan kita sebagai salib. Rasanya kita tidak bisa semena-mena mengartikan penderitaan kita sebagai salib. Mereka yang malas kemudian menderita tidaklah bisa kita katakan lagi menanggung salib. Hanya mereka yang sungguh-sungguh menekuni hidupnya selaras dengan kehendak Tuhan baru bisa kita sebut menanggung salibnya. Mereka inilah yang disebut murid Tuhan. Tuhan mengatakan, ""Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" (Luk 14:27).

Kontemplasi:
Masuklah dalam sejarah hidupmu dan liatlah apakah hidupmu sebagai perwujudan memanggul salib Tuhan.

Refleksi:
Apa yang membuatmu tekun bertahan dalam menjalani hidupmu?

Doa:
Ya Tuhan Yesus aku menimba daya tahanMu melaksanakan perutusan Bapa. Semoga aku pun bersungguh-sungguh dalam menjalani hidupku dan tidak mudah lembek. Amin.

Perutusan:
Aku akan menekuni hidup harianku dalam kesatuan dengan rencana utuhNya.

0 comments:

Post a Comment