Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, November 30, 2014

KETELADAN UTAMA LANSIA


Pada Minggu tanggal 23 November 2014 jam 10.00 Paroki Marganingsih Kalasan, Yogyakarta, mengadakan misa khusus untuk kaum lanjut usia (lansia). Di tengah misa sebelum doa umat ada penerimaan Sakramen Perminyaan secara massal. Rama Bambang menjadi selebran utama didampingi 3 imam Konggregasi OMI (Rama Susanto, Rama Sattu, dan Rama Yuli) dan Rama Teguh dari Komisi PSE KWI yang kebetulan sedang berlibur. Dalam penerimaan Minyak Suci Rama Tata, Pastor Kepala Paroki Kalasan, menggantikan Rama Bambang. Berdasarkan informasi bahwa gedung gereja yang penuh itu dapat menampung 800an umat dan ruang pendapa luar juga penuh, layaklah kalau Rama Tata mengatakan bahwa peserta berjumlah lebih dari 1.000 orang. Panitia memberikan tema misa untuk mengembangkan keteladanan lansia dalam beriman bagi kaum muda.

Di dalam khotbahnya Rama Bambang memulai dengan mengambil kata-kata panitia sebelum misa dimulai. Di situ disebutkan bahwa kaum lansia telah berjasa memberikan banyak hal dalam kehidupan Gereja dan TERUTAMA KETELADANAN bagi kaum muda. Dari sini Rama Bambang masuk dengan berbicara "Apa itu keteladanan utama dari kaum tua dalam Gereja?" Ada tiga pokok yang disampaikan dalam khotbah:
  • Keteladanan Berpandangan Kedepan  Dengan mengambil inspirasi Injil Matius 25:31-46 orang disadarkan bahwa kehidupan masa kini riil kongkret akan menjadi penentu terhadap sikap sungguh ikut Tuhan sebagai orang beriman atau tidak. Injil mengajak membuat masa kini bukan terutama menjadi akibat dari sebab-sebab perbuatan dan kejadian masa lalu. Orang diajak untuk membangun segala tindakan masa kini bagi kejadian iman di masa mendatang. Kaum tua dan lansia yang sungguh beriman tidak akan terlalu membanggakan prestasi, kejayaan, dan jasa masa lalu. Kaum tua dan lansia beriman akan tetap memiliki impian kedepan dengan tindakan-tindakan demi masa depan. Yang menjadi tolok ukur adalah kata-kata Tuhan Yesus "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat 25:40). Di sini kaum tua dan lansia diajak menyadari agar mengutamakan perhatian justru bagi yang dalam hati dirasa bahkan dianggap rendah dan hina baik karena kedudukan, kekayaan, atau usia.
  • Keteladanan Penaklukan Diri  Di dalam bacaan kedua Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dalam misa Minggu itu, Rama Bambang mengutip kata-kata Santo Paulus "Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya ..." (1 Kor 15:28). Kristus sebagai penguasa yang mampu menalukkan segalanya termasuk maut, akhirnya berpuncak pada kemampuannya "menaklukkan diri-Nya" sendiri. Hal ini tentu harus menjadi sikap hidup pengikut Kristus yang harus selalu "menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp 2:5). Dari sini layaklah kalau Tuhan berkata "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk 9:23). Dari sini keteladan kaum tua dan lansia harus tampak dalam sikapnya dalam kemampuan menaklukkan diri atau menyangkal diri atau "ngampet" dan tak akan semaunya sendiri mentang-mentang lebih tua dari yang lain atau pernah memiliki jasa-jasa di masa lampau.
  • Keteladanan Kesediaan Mau Dipimpin  Akhirnya untuk mampu menjalani dua macam keteladanan di atas Rama Bambang mengutip Injil Yohanes 21:18 "Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Di sini Rama Bambang menyampaikan sharing bagaimana kini daya pikir segar dan kondisi menderita sakit tidak membuatnya sengsara. Dia berguru pada Rama Agoeng dengan membiasakan diri bergaul sebagai sahabat, mendengarkan saran dan kritiknya, dan kesediaan dilatih dengan ketrampilan-ketrampilan berinternet dan diberi informasi-informasi pengetahuan masa kini. Usia Rama Bambang lebih tua 22 tahun dibading Rama Agoeng, dan ketika Rama Bambang memulai imamatnya di Paroki Klaten Rama Agoeng masih kelas 2 SD. Rama Bambang berjuang mengembangkan diri dengan slogan yang berasal dari inspirasi Rama Agoeng "Tua Tidak Renta, Sakit Tidak Sengsara, Mati Masuk Surga". Maka bagi Rama Bambang "Lansia Tidak Pikun Karena Mau Dituntun" oleh yang muda.

Sabda Hidup

Senin, 01 Desember 2014
Hari biasa Pekan I Adven
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yes. 2:1-5 atau Yes. 4:2-6; Mzm. 122:1-2,3-4a,(4b-5,6-7), 8-9; Mat. 8:5-11. BcO Yes. 7:1-17

Matius 8:5-11:
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,

Renungan:
Membaca bacaan hari ini saya menemukan 3 keutamaan dalam diri perwira: peduli, rendah hati dan percaya. Perwira ini peduli dengan keadaan hambanya. Sakit yang dialami hambanya menggerakkan hatinya untuk dengan rendah hati mendatangi Yesus. Dan saat bertemu dengan Yesus ia makin percaya pada kekuatanNya untuk menyembuhkan hambanya. Akhirnya semua keutamaan dia berbuah baik pada si hamba, bahkan juga pada dirinya. Yesus pun mengatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak
Orang yang peduli tidak mengindahkan martabat dan derajatnya. Ia akan rela melakukan aneka macam hal tanpa merasa kehilangan harga diri atau pun merendahkan martabatnya. Mereka yang peduli rela berkotor-kotor, berlelah-lelah, berkorban demi keselamatan sesamanya. Namun sayangnya sekarang ini orang sulit bersikap positif pada mereka yang berbuat baik. Cap-cap miring sering ditimpakan pada mereka yang sungguh-sungguh mau berbuat baik. Namun bagi mereka yang hatinya mempunyai kepedulian tidak akan mundur dengan penilaian orang. Mari kita bangun kepedulian dari hati kita yang terdalam.

Kontemplasi:

Duduklah dengan tenang dan bayangkan kisah dalam Injil Mat. 8:5-11. Bayangkan dirimu sebagai si Perwira.

Refleksi:
Bagaimana kepedulian hidup dalam dirimu dan bagaimana itu mengalir pada sesamamu.

Doa:
Tuhan, semoga aku mempunyai jiwa seperti perwira yang dikisahkan dalam Injil Mat. 8:5-11 Amin.

Perutusan:
Aku akan mengasah kepedulianku.
pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel" (Mat 8:10).

JIKA PASANGAN HIDUP MENINGGAL

dari http://www.jw.org/id/publikasi/majalah/w20131215
 
ALKITAB mengatakan dengan jelas bahwa suami harus ”mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri”. Istri juga harus ”memiliki respek yang dalam kepada suaminya”. Keduanya harus menjalankan peranan mereka sebagai ”satu daging”. (Ef. 5:33; Kej. 2:23, 24) Seiring berlalunya waktu, cinta mereka semakin kuat, demikian pula ikatan di antara keduanya. Seperti akar dari dua pohon yang tumbuh berdampingan, perasaan sepasang suami istri yang bahagia sudah menyatu dan terjalin erat.
Tapi bagaimana kalau salah satu meninggal? Ikatan yang kuat itu sekarang terputus. Janda atau duda yang ditinggalkan sering merasa pedih hati, kesepian, bahkan mungkin marah dan merasa bersalah, semuanya campur aduk. Daniella sudah menikah selama 58 tahun. Banyak temannya telah ditinggal mati pasangannya. * Tapi, sesudah suaminya sendiri meninggal, dia bilang, ”Saya baru bisa mengerti bagaimana rasanya kehilangan pasangan hidup setelah mengalaminya sendiri.”

KESEDIHAN YANG SEPERTINYA TAK BERUJUNG

Menurut beberapa peneliti, tidak ada stres yang lebih parah daripada stres akibat kematian pasangan hidup tercinta. Banyak orang yang mengalaminya setuju dengan hal itu. Melisa, yang telah 25 tahun menikah, sudah lama menjanda. Tentang kehidupannya kini, ia bilang, ”Saya merasa timpang.” Yang ia maksud adalah keadaan emosinya setelah kematian sang suami.
Susan pernah menganggap para janda yang berkabung selama bertahun-tahun itu terlalu  cengeng. Lalu setelah 38 tahun menikah, suaminya meninggal. Itu sudah 20 tahun yang lalu, tapi ia bilang, ”Saya ingat dia tiap hari,” dan kadang, air matanya pun berlinang.
Alkitab membenarkan bahwa kesedihan akibat kematian pasangan sangatlah menyakitkan dan berkepanjangan. Sewaktu Sara meninggal, Abraham, suaminya, ”meratapi Sara serta menangisi dia”. (Kej. 23:1, 2) Meskipun beriman akan kebangkitan, Abraham sangat sedih sewaktu istrinya yang tersayang meninggal. (Ibr. 11:17-19) Setelah kematian istrinya yang tercinta, Rakhel, Yakub tidak bisa segera melupakannya. Bahkan sewaktu ia bercerita kepada anak-anaknya, masih terlihat rasa sayangnya kepada Rakhel.—Kej. 44:27; 48:7.
Apa artinya? Kesedihan yang dirasakan oleh janda atau duda bisa berlanjut hingga bertahun-tahun. Kita hendaknya tidak menganggap air mata dan kesedihan mereka sebagai kelemahan, tapi sebagai reaksi yang wajar. Mereka mungkin membutuhkan simpati dan dukungan kita untuk waktu yang lama.

SEHARI DEMI SEHARI

Menjanda atau menduda tidak sekadar berarti menjadi lajang lagi. Semasa hidup suaminya, seorang istri mungkin terbiasa dihibur oleh suaminya saat ia gundah atau uring-uringan. Sang suami tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat istrinya tersenyum kembali. Ketika sang suami meninggal, ia pun kehilangan itu semua. Demikian pula, seorang suami mungkin sudah terbiasa diperhatikan istrinya. Sang istri tahu caranya membahagiakan sang suami. Sentuhannya yang lembut, kata-katanya yang menenangkan, dan minatnya terhadap apa yang disukai dan dibutuhkan sang suami sungguh tak ada duanya. Jika sang istri meninggal, suami akan merasa hidupnya hampa. Karena itu, seseorang yang kehilangan suami atau istrinya akan cemas menghadapi masa depan. Prinsip Alkitab apa yang bisa membantu mereka merasa tenang dan damai?
Allah bisa membantu Saudara bertahan sehari demi sehari
”Jangan sekali-kali khawatir mengenai hari berikutnya, sebab hari berikutnya mempunyai kekhawatirannya sendiri. Cukup untuk setiap hari keburukannya sendiri.” (Mat. 6:34) Kata-kata Yesus itu khususnya berlaku untuk kekhawatiran akan hal-hal materi, tapi itu juga telah membantu banyak orang dalam menanggung kepedihan karena kehilangan orang yang disayangi. Beberapa bulan setelah kematian istrinya, seorang duda bernama Charles menulis, ”Saya masih sangat merindukan Monica, kadang seperti mau mati rasanya. Tapi, saya tahu ini normal dan lama-lama kesedihan saya akhirnya pasti akan berkurang.”
Ya, Charles harus sabar. Bagaimana caranya? Ia bilang, ”Dengan bantuan Yehuwa, saya menjalani hidup ini sehari demi sehari.” Charles tidak tenggelam dalam kesedihan. Rasa dukanya memang tidak langsung hilang, tapi itu juga tidak membuatnya terpuruk. Jika Saudara kehilangan suami atau istri, berupayalah bertahan untuk satu hari ini. Siapa tahu esok akan lebih baik.
Yehuwa tidak pernah menghendaki seorang pun mati. Kematian adalah salah satu ”perbuatan Iblis”. (1 Yoh. 3:8; Rm. 6:23) Setan menggunakan kematian  dan rasa takut akan kematian untuk memperbudak banyak orang dan merampas harapan mereka. (Ibr. 2:14, 15) Setan senang kalau orang putus asa dan merasa tidak bisa lagi menemukan kebahagiaan dan kepuasan sejati, walaupun dalam dunia baru Allah. Jadi, penderitaan yang dirasakan istri atau suami yang berduka adalah akibat dari dosa Adam dan taktik licik Setan. (Rm. 5:12) Yehuwa akan sepenuhnya memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh Setan, dan melumpuhkan senjata kejamnya, yaitu kematian. Banyak orang telah dibebaskan dari rasa takut yang ditanamkan Setan. Di antara mereka ada banyak orang yang telah kehilangan pasangannya, seperti Saudara.
Setelah kebangkitan di bumi kelak, hubungan antarmanusia jelas akan sangat berubah. Bayangkan orang tua, kakek nenek, dan leluhur yang akan hidup kembali dan menjadi sempurna bersama anak cucu mereka. Semua problem akibat usia tua akan lenyap. Generasi muda mungkin harus mengubah pandangan mereka terhadap nenek moyang mereka. Dan, perubahan itu akan turut memperbaiki hubungan antarmanusia.
Ada banyak sekali pertanyaan tentang kebangkitan. Misalnya, tentang orang yang beberapa kali ditinggal mati oleh pasangan hidupnya. Orang Saduki mengajukan pertanyaan tentang wanita yang suami pertamanya mati, kemudian suami keduanya juga mati, dan seterusnya sampai beberapa kali. (Luk. 20:27-33) Bagaimana hubungan mereka setelah kebangkitan? Kita tidak tahu, dan kita tidak perlu resah atau menduga-duga tentang  sesuatu yang belum diketahui. Yang saat ini harus kita lakukan adalah percaya kepada Allah. Satu hal sudah pasti, apa pun yang Yehuwa lakukan di masa depan pasti baik. Itu sesuatu yang kita tunggu-tunggu, bukan sesuatu yang perlu kita takuti.

HARAPAN KEBANGKITAN MENGHIBUR KITA

Salah satu ajaran yang paling jelas dalam Firman Allah adalah bahwa orang-orang yang sudah mati akan hidup lagi. Kisah Alkitab tentang kebangkitan di masa lalu menjadi jaminan bahwa ”semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suara [Yesus] lalu keluar”. (Yoh. 5:28, 29) Pada waktu itu, orang-orang akan sangat bahagia karena bertemu lagi dengan mereka yang telah dibebaskan dari cengkeraman kematian. Di pihak lain, sulit dibayangkan betapa bahagianya orang-orang yang dibangkitkan itu.
Pada waktu miliaran orang bangkit, sukacita besar akan memenuhi bumi. Mereka akan ada lagi bersama kita. (Mrk. 5:39-42; Pny. 20:13) Dengan merenungkan mukjizat di masa depan ini, semua yang telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai tentu akan terhibur.
Apakah akan ada alasan untuk sedih pada waktu itu? Alkitab menjawab tidak. Menurut Yesaya 25:8, Yehuwa ”akan menelan kematian untuk selama-lamanya”. Itu juga berarti semua akibat yang menyusahkan dari kematian akan disingkirkan, karena nubuat itu melanjutkan, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa pasti akan menghapus air mata dari semua muka.” Kesedihan sebesar apa pun, yang Saudara rasakan sekarang karena kematian pasangan tercinta, tidak akan diingat lagi setelah kebangkitan.
Tidak seorang pun tahu segala hal yang akan Allah lakukan di dunia baru. Yehuwa mengatakan, ”Seperti langit lebih tinggi daripada bumi, demikianlah jalan-jalanku lebih tinggi daripada jalan-jalanmu, dan pikiranku daripada pikiranmu.” (Yes. 55:9) Dengan memercayai janji Yesus tentang kebangkitan di masa depan, kita menunjukkan bahwa kita beriman kepada Yehuwa, seperti Abraham. Yang penting saat ini, semua orang Kristen harus melakukan apa yang Allah minta agar dianggap  layak untuk hidup di dunia baru bersama orang-orang yang akan dibangkitkan.—Luk. 20:35.

ALASAN UNTUK BERHARAP

Daripada cemas, perkuat harapan Saudara akan masa depan yang lebih baik. Bagi kebanyakan orang, masa depan suram. Tapi, Yehuwa menjanjikan masa depan yang cerah. Kita memang tidak tahu bagaimana persisnya, tapi yakinlah bahwa Ia akan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita. Rasul Paulus menulis, ”Kalau apa yang kita harapkan itu sudah kita lihat, maka itu bukan lagi harapan. Sebab siapakah masih mengharapkan sesuatu yang sudah dilihatnya? Tetapi kalau kita mengharapkan sesuatu yang belum kita lihat, maka kita menunggunya dengan sabar.” (Rm. 8:24, 25, Bahasa Indonesia Masa Kini [BIMK]) Kalau harapan Saudara kuat, Saudara bisa bertekun dengan sabar. Dengan demikian, Saudara akan menikmati masa depan yang gemilang ketika Yehuwa ”memuaskan keinginan hatimu”. (Mz. 37:4, BIMK) Ia akan memenuhi ”keinginan segala yang hidup”.—Mz. 145:16; Luk. 21:19.
Percayalah pada janji Yehuwa tentang masa depan yang penuh sukacita
Menjelang kematian Yesus, para rasul merasa sedih dan bingung. Yesus menghibur mereka, ”Jangan biarkan hatimu merasa susah. Perlihatkanlah iman akan Allah, perlihatkanlah juga iman akan aku.” Ia memberi tahu mereka, ”Aku tidak akan meninggalkan kamu menderita kehilangan. Aku akan datang kepadamu.” (Yoh. 14:1-4, 18, 27) Kata-katanya ini menjadi alasan bagi para pengikutnya yang terurap di kemudian hari untuk memiliki harapan dan bertekun. Mereka yang rindu untuk bertemu dengan orang-orang tercinta pada waktu kebangkitan juga tidak perlu putus asa. Yehuwa dan Putra-Nya tidak akan membiarkan mereka terus berduka. Yakinlah akan hal itu!

Saturday, November 29, 2014

Lamunan Pekan Adven I

Minggu, 30 November 2014

Markus 13:33-37

13:33 "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
13:34 Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga.
13:35 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta,
13:36 supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.
13:37 Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang beragama dapat merasa memiliki pegangan jelas tentang kehadiran Tuhan. Segala kegiatan keagamaan dipandang sebagai jalan menghadirkan Tuhan.
  • Tampaknya, orang beragama dapat memiliki kepastian hubungannya dengan Tuhan lewat kebiasaan-kebiasaannya. Dalam hari-hari khusus dan tata upacaranya orang beragama dapat menjalin hubungan khusus dengan-Nya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kesejatian hadir-Nya Tuhan adalah misteri kehidupan sehingga orang harus selalu membuka nurani agar selalu memiliki kesadaran batin menyambut-Nya sewaktu-waktu dan dalam situasi-kondisi apapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu siap untuk mendapat sapaan-Nya dalam keadaan apapun.
Ah, Tuhan itu hubungannya ya dengan acara agama.

Minggu Adven I/B

Minggu Adven IBy on Jendela Alkitab, Mingguan dalam http://www.mirifica.net


Mrk 13:33-37 dan 1Kor 1:3-9
Kini dan di Sini

Rekan-rekan yang budiman!

Masa Adven menjadi persiapan mendalami makna perayaan tahunan kelahiran sang Penyelamat pada hari Natal. Dia yang lahir dalam kesederhanaan di Betlehem itu sama dengan dia yang akan datang pada akhir zaman dengan segala kemuliaannya nanti. Bacaan Injil Adven I tahun B (Mrk 13:33-37) mengajarkan kewaspadaan agar tidak kehilangan arah ke masa depan ini. Nanti dalam Injil Minggu Adven II dan III, perhatian pada “akhir zaman” berkaitan dengan warta Yohanes Pembaptis. Ia mewartakan baptisan sebagai ungkapan tobat dari pihak manusia; ia juga mempersaksikan baptisan dalam Roh yang dibawakan Yesus. Penekanan pada kesaksian akan karya ilahi ini juga ada dalam Injil Minggu Adven IV yang menampilkan orang-orang yang terdekat dengan Yesus, yakni Maria dan Yusuf. Mereka ini orang-orang pertama yang dengan sederhana dan tulus membiarkan Roh bekerja dalam diri mereka. Dan kita semua, kini dan di sini, dapat ikut menikmati buah keberanian mereka.
Di bawah akan ditambahkan sekadar uraian mengenai bacaan kedua, yakni 1Kor 1:3-9.

Waspada

Mrk 13:33-37 sebetulnya memuat dua perumpamaan Yesus mengenai kewaspadaan yang diringkas dan disatukan oleh Markus. Yang pertama terdapat dalam ay. 34, “Keadaannya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga.” Pokok perhatian perumpamaan ini terletak pada kesetiaan. Perumpamaan yang kedua tersirat dalam ay. 35: “Maka berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta.” Di sini yang ditonjolkan ialah sikap waspada.

Para pembaca Markus pada zaman dulu mengerti bahwa tuan rumah yang pulang pada malam hari (ay. 35) tidak sama dengan orang yang tadi diceritakan pergi jauh dan mempercayakan miliknya kepada para hambanya (ay. 34). Bukan kebiasaan orang yang merantau untuk kembali pada saat yang tak terduga-duga pada malam hari. Tuan rumah yang disebut dalam ay. 35 itu hanya pergi ke sebuah perjamuan nikah – seperti diberitakan dalam Luk 12:36 – dan akan pulang malam itu juga walau tidak diketahui jam berapa persisnya. Bahwasanya ada dua perumpamaan juga terlihat dari pengolahan terpisah baik di dalam Injil Matius maupun Lukas.

Matius menggarap kembali perumpamaan yang pertama dalam perumpamaan tentang talenta dalam Mat 25:14 dst. Perumpamaan tentang mina dalam Luk 19:11-27 juga ke arah itu walaupun tidak sejelas Matius. Di lain pihak perumpamaan yang kedua dalam Injil Markus tadi lebih terolah dalam Luk 12:36-38. Lukas menaruhnya di dalam rangkaian pengajaran khusus kepada para murid. Mat 24:43b sebenarnya hanya berupa saduran ringkas perumpamaan yang kedua dengan mengalihkan peran hamba-hamba yang mesti berjaga-jaga dengan sikap seorang tuan rumah yang menjaga rumahnya terhadap pencuri yang tak diketahui kapan datangnya.

Setia dalam Tanggungjawab

Seperti dalam perumpamaan pertama, yakni Mrk 13:34, perumpamaan talenta dalam versi Matius mulai pada Mat 25:14 yang menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan rumahnya itu mempercayakan miliknya kepada para hambanya. Markus berhenti di sini dan sisanya dikembangkan oleh pendengarnya. Maka seperti ditemukan dalam Matius, masing-masing hamba disebutkan mendapat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan kata lain, tanggung jawabnya sebanding dengan besarnya tugas tiap orang. Mereka masing-masing diharapkan akan menjalankan pekerjaan yang diberikan pemilik dengan sebaik-baiknya sehingga urusannya tidak terbengkelai walaupun ia tidak ada di tempat. Memang satu ketika ia akan kembali dan memeriksa jalannya urusan yang dipercayakannya tadi. Akan jelas siapa dari para hamba itu yang sungguh dapat dipercaya dan siapa yang sebenarnya tidak layak diserahi urusan. Kesetiaan digambarkan bukan dengan perasaan atau niatan saja, melainkan dengan usaha dan perbuatan nyata. Mereka yang sungguh setia ialah yang berhasil mengembalikan dua kali lipat, maksudnya, berhasil mengembangkan sama dengan besarnya kepercayaan yang telah diberikan tuannya. Mereka akan dijadikan orang merdeka – bukan lagi hamba – dan tetap boleh tinggal di rumah itu. Itulah cara Matius mengembangkan perumpamaan yang dirumuskan Markus dengan amat singkat dalam Mrk 13:34.

Apa warta Mrk 13:34? Seperti ditafsirkan oleh Matius yang kiranya memakai bahan Markus ini, orang diminta agar waspada, selalu siap sedia, dan berani mengembangkan apa saja yang diberikan kepadanya. Tidak dibenarkan sikap merendah dan tak berani berinisiatif karena takut, seperti hamba yang mendapat satu talenta yang malah menyembunyikannya. Ia tidak dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Tenggang waktu menunggu pulangnya sang majikan menjadi kesempatan membangun masa depan tapi bisa juga berarti hilangnya masa depan itu. Membangun masa depan dengan sikap percaya ialah cara menerima kebaikan ilahi yang paling bertanggungjawab. Itulah rahmat dalam kehidupan nyata.

Kesempatan Emas

Mari kita lihat bagaimana Lukas menggarap perumpamaan yang kedua. Diceritakannya tentang seorang tuan rumah yang bepergian ke jamuan nikah pada malam hari dan akan pulang malam itu juga. Harapannya, bila pulang ia akan mendapati hamba-hambanya masih bangun. Hamba-hamba yang didapati berjaga ketika tuannya pulang disebut “berbahagia” dalam Luk 12:37. Tuan itu akan meminta mereka duduk dan ia sendiri akan melayani mereka. Ia akan menghidangkan oleh-oleh dan “berkah” yang dibawanya pulang dari pesta tadi. Jelas tuan tadi memikirkan hamba-hambanya. Bagi orang zaman itu, dan boleh juga zaman kita sekarang, keramahan dan sikap tuan rumah tadi mengherankan. Mana ada majikan yang melayani! Memang tak jarang kita pulang larut malam membawa sesuatu bagi mereka yang bekerja kepada kita, tetapi melayani mereka makan…? Pembaca ayat Lukas itu akan bertanya-tanya demikian. Tetapi ini cara Lukas mengatakan bahwa sang tuan rumah kini tidak lagi menganggap mereka hamba. Perlakuannya mengundang mereka duduk dan menghidangkan makanan itu perlakuan kepada anggota keluarga sendiri. Jadi dalam perumpamaan itu hendak dikatakan bahwa mereka yang didapati berjaga-jaga dan membukakan pintu bagi tuan rumah itu kini menjadi anggota keluarga!

Dalam tafsiran Lukas di atas, nasihat berjaga-jaga agar tidak ketiduran dalam Mrk 13:35 tampil sebagai warta gembira. Ujung pangkalnya ialah kebaikan tuan rumah yang kini memperlakukan hamba-hamba sebagai anggota keluarga sendiri. Adakah yang lebih besar yang dapat diinginkan seorang hamba? Adakah hal lebih membuat orang menyesal bila kesempatan ini berlalu begitu saja karena ketiduran? Dan warta ini tidak hanya ditujukan kepada para murid, tetapi juga seperti disebut dalam ay. 37, diajarkan Yesus kepada semua orang.

Pengalaman Batin Empat Waktu

GUS: Mark, biasanya kau hemat kata, tapi dalam ay. 35 kok malah kausebutkan satu demi satu keempat waktu “ronda”: malam hari, tengah malam, larut malam, dan pagi-pagi buta. Luc dan Matt tidak ikut menyebutnya.
MARK: Ehm! [Lalu pandangannya kembali ke masa silam.] Memang itu dariku sendiri. Gus, tahu kan, saat-saat akhir hidup Yesus diingat dalam empat waktu itu: (1) …setelah hari malam, Mrk 14:17, ia mengadakan perjamuan terakhir ..” lalu (2) menjelang tengah malam ia ditangkap di Getsemani dan langsung di sidangkan di Mahkamah Agama Mrk 14:53; setelah itu (3) sebelum ayam berkokok kedua kalinya, Mrk 14:72, Petrus, orang kepercayaannya, menyangkalnya untuk ketiga kalinya; dan akhirnya (4) – pagi-pagi benar – seperti dalam Mrk 15:1, ia dibawa ke hadapan Pilatus untuk diadili dan akhirnya dihukum mati di salib.
GUS: [Dalam hati, “Mark ngelamun nih!”] Maksudmu?
MARK: Ada di antara para pengikut Yesus dulu yang menantikan kedatangannya kembali seperti hamba-hamba menunggu tuannya pulang pesta sambil berharap nanti bisa mendapat berkah, seperti tafsirmu di atas yang mengikuti Luc tadi. [Menatap tajam lalu menghela nafas.] Tapi kerap itu hanya lamunan!
GUS: [Terhenyak, kok ia tahu yang saya katakan dalam hati tadi.] Jadi sebaiknya melakukan “berjaga-jaga” itu dalam ujud ikut menjalani waktu demi waktu malam harinya Yesus dan menarik hikmat dari kisah itu?
MARK: Saat kedatangan itu hanya Bapa-lah yang tahu (Mrk 13:32). Tapi kita bisa mendapatkan kebijaksanaan memahami siapa dia yang bakal datang pada saat yang tak terduga-duga itu.
GUS: Dan kebijaksanaan itu diperoleh bila kita menyertainya pada saat-saat hidupnya paling sulit seperti ketika mesti berpisah dengan yang murid-muridnya, ditolak kaum tua-tua, disangkal orang terdekat, dihukum mati. Begitukah?
MARK: Itulah maksudnya berjaga-jaga empat waktu tadi.

Bincang-bincang ini makin membuat jelas bahwa masa Adven ialah kesempatan berjaga-jaga agar dapat menyertai Yesus dalam empat waktu tadi. Semua ini terjadi padanya karena ia bersedia menjadi silih bagi seluruh umat manusia. Maka memperingati kelahirannya nanti juga berarti merayakan kedatangan penebus. Ketika hendak saya pastikan hal itu dengan Mark, ia sudah pergi. Kini hanya tulisannyalah yang tertinggal di sini.

Dari Bacaan Kedua: Akalbudi dan Kepercayaan  (1kor 1:3-9)

Bacaan kedua dipungut dari bagian surat pertama Paulus kepada umat di Korintus yang mengungkapkan rasa syukur Paulus akan kebaikan Tuhan yang telah dinikmati umat. Ungkapan seperti ini sudah lumrah dalam gaya surat-menyurat antara sesama kaum terpelajar yang sama aliran kepercayaannya. Namun demikian, lebih dari sekadar basa-basi, Paulus bersyukur bahwa umat telah diperkaya dengan anugerah ilahi dalam ujud segala macam “perkataan dan pengetahuan” yang termuat dalam kesaksian tentang Kristus di kalangan umat.

Orang-orang Korintus yang menjadi pengikut Kristus berasal dari kalangan Yahudi tetapi yang juga berlatar pendidikan Yunani. Mereka ini orang-orang yang terbiasa berpikir mandiri. Bahkan seperti kaum intelektual waktu itu mereka amat menekankan penalaran, juga menyangkut kehidupan iman. Paulus melihat sikap intelek ini sebagai anugerah ilahi. Sedikit demi sedikit Paulus mengajak umat di Korintus untuk memakai kemampuan akalbudi mereka untuk menyelami misteri kehadiran Kristus. Dengan demikian pengetahuan serta kebijaksanaan mereka akan mendapatkan dimensi spiritual pula. Inilah kekayaan batin yang dianjurkan Paulus agar dikembangkan dengan baik. Di kalangan umat memang ada kecenderungan untuk terlalu mementingkan penalaran individual mengenai iman dan cara mempersaksikannya. Dalam kaitan ini Paulus nanti akan menekankan kebersamaan dalam kesaksian iman di kalangan umat.

Satu hal yang ditonjolkan dalam bagian ini ialah ajakan agar umat memahami kesetiaan ilahi yang menguatkan mereka sehingga nanti mereka sampai dengan “tanpa cacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (ay. 8). Yang dimaksud ialah hari kebesaran Tuhan dinyatakan dan saat itulah akan jelas siapa yang “tanpa cacat”, yang utuh, dan bisa berada bersamaNya dan siapa yang tidak pantas untuk itu. Mereka yang meluangkan daya akalbudi untuk mengenali kehadiranNya ialah yang disebut utuh, tanpa cacat.

Warta ini masih berlaku bagi zaman ini. Kemanusiaan sebenarnya dapat terus berkembang juga seandainya kepercayaan kurang diberi tempat. Namun perkembangan ini bakal tidak menjadi kekayaan batin bila tidak mengembangkan dimensi kepercayaan. Juga kepercayaan yang kurang teruji dalam kejernihan nalar akan kabur nilainya dan akan tampil kasar lagipula bisa menimbulkan ketegangan. Ajakan Paulus masih berlaku bagi masa kini pula.

Friday, November 28, 2014

ADA ULANG TAHUN


Pagi ini, Sabtu 29 November 2014, kamar makan Domus Pacis terdengar cukup ramai ketika Rama Bambang masuk. Rama Agoeng mengambil gambar foto dengan HPnya. Rama Tri, Rama Harto, Mas Fredi dan Mbak Tari berjajar berpose. Di depan tempat duduk Rama Tri Wahyono ada tumpeng kecil dan di sebelahnya masih ada tyumpeng lain yang lebih besar. "Niki Rama Tri ulang taun" (Ini ada hari ulang tahun Rama Tri) kata Rama Agoeng. "Sakniki rama-rama bareng foto" (Sekarang rama-rama diambil gambarnya bersama-sama). Ketika Rama Sugiana dan Rama Yadi masuk, kecuali Rama Harjaya dan Rama Jaka, para rama bersama-sama diambil gambarnya oleh Mas Fredi. "Seneng, moooo?" (Kamu senang, rama?) tanya Rama Agoeng kepada Rama Tri yang mendapat jawaban "Iyaaa". Ternyata kalau ada 2 buah tumpeng, hal ini karena ada dua macam nasi, yaitu nasi kuning dan nasi goreng. Tentu saja Rama Tri menyantap tumpeng nasi goreng, sebab beliau amat gemar nasi goreng.

"Retrete pripun, rama? Mbokmenawi wonten sing mengesan." (Bagaimana dengan retretnya? Barangkali ada yang amat mengesan) tanya Rama Bambang kepada Rama Yadi yang baru saja menjalani retret 24-28 November 2014. Seminggu lalu Rama Agoeng yang retret 17-21 November 2014 amat terkesan bahwa dalam bermisi para rama harus "Berbasiskan Kitab Suci dengan menggunakan data". Prinsip ini mengoreksi semboyan sebelumnya "Pastoral berbasis data". Dalam karya misi yang jadi landasan adalah Kitab Suci. Dan pada makan pagi ini Rama Yadi dengan semangat berceritera retretnya yang dipimpin oleh Mgr. Sunarka, SY. Uskup Purwokerto. Rama Yadi berceritera tentang pentingnya bergaul lintas agama yang akan membuat orang terbuka dan tidak fanatik. Tiba-tiba Rama Yadi berkata "Lho, aku kok malah durung mangan?" (Lho, aku malah belum mengambil santapan). Semua tertawa dan pagi itu memang terasa adanya suasana kegembiraan khusus. Dan Rama Tri yang kini berusia 57 tahun tampak kekenyangan karena makan banyak nasi goreng. Ini terditeksi karena beliau mendahului keluar dari kamar makan tertatih-tatih menuju WC.

Sabda Hidup

Sabtu, 29 November 2014
Peringatan Wajib Dionisius dan Redemptus
warna liturgi Merah
Bacaan:
Why. 22:1-7; Mzm. 95:1-2,3-5,6-7; Luk. 21:34-36, BcO Dan. 12:1-13

Lukas 21:34-36:
34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. 35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. 36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Renungan:
Ada banyak orang ketika senang dengan sesuatu ia terus menikmatinya. Mereka yang suka makan, makan terus. Segala yang enak-enak dimakan. Mereka yang suka merokok, merokok terus di mana pun berada. Mereka yang suka olah raga, olah raga terus. Seringkali tidak sadar apa yang telah dilakukan itu dalam kategori berlebihan. Akibatnya sakit pun datang: asam urat, gula, jantung, paru-paru, patah tulang, putus otot dsb.
Kiranya hal-hal tersebut di alinea sebelum ini dan perikopa ini bisa menjadi peringatan bagi kita semua, "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat" (Luk 21:34). Kita semua diharapkan menjaga diri, tidak tamak terhadap segala sesuatu. Segala hal yang dilakukan dengan sikap tamak sampai kita terjerat olehnya akan memberi dampak pada waktunya. Tampaknya segala sesuatu mesti ada ukurannya. Semua memang dibutuhkan oleh tubuh kita, namun ketika berlebihan akan menyimpan malapetaka pada waktunya.

Kontemplasi:

Liatlah kebiasaan baik atau buruk yang sampai sekarang masih kaulakukan dan selalu menggoyang keinginanmu untuk mengadakan. Hadirkan malapetaka yang mungkin datang pada waktunya.

Refleksi:
Bagaimana sikap ugahari kaubangun dalam hidupmu?

Doa:
Tuhan semoga aku tidak jatuh dalam ketamakan dan berani mengatakan cukup kala kesenanganku sudah melampaui seharusnya. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga keinginan mengumbar kesenangan.

Thursday, November 27, 2014

RUTINITAS HARIAN BERPENGARUH PADA KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR

tidurtidur

New York (Reuters Health) – Menjaga rutinitas harian secara konsisten bisa membuat Anda tidur lebih nyenyak, menurut studi terbaru.

Kaum muda yang berangkat kerja dan makan malam dengan pola yang sama setiap harinya cenderung tidur lebih baik dan jarang terbangun pada malam hari. Mereka juga lebih cepat tertidur tepat pada waktunya.

Namun persisnya waktu orang-orang melakukan berbagai aktivitas harian – misalnya, makan malam pada pukul 06:00 sore versus pukul 08:00 malam – sedikit berpengaruh pada seberapa baiknya mereka tidur.
“Dari mayoritas data hasil tidur, kami menemukan bahwa menyelesaikan berbagai aktivitas dengan waktu yang teratur diprediksikan akan memiliki hasil tidur yang lebih baik daripada waktu aktual hari itu saat aktivitas diselesaikan,” kata Natalie Dautovich, seorang psikolog di University of Alabama di Tuscaloosa. Ia memimpin studi tersebut, yang dimuat dalam Journals of Gerontology: Series B. 

“Contohnya, orang yang dilaporkan memiliki kualitas tidur lebih baik dan jarang terbangun pada malam hari adalah ketika mereka konsisten dengan waktu saat mereka pertama kali beraktivitas di luar,” ujar Dautovich kepada Reuters Health dalam sebuah email.

Di sisi lain, bagi lansia, jadwal harian yang tidak teratur kadang terkait dengan tidur yang lebih baik, seperti ditemukan para peneliti.

Misalnya, lansia yang waktu makan malamnya bervariasi cenderung tertidur lebih lama pada malam hari. Dan mereka yang memulai aktivitas di rumah atau kerja pada waktu yang berbeda setiap harinya cenderung tertidur lebih cepat.

Studi itu meliputi 50 orang dewasa berusia antara 18 hingga 30 tahun dan 50 orang lainnya berusia antara 60 hingga 95 tahun. Para partisipan menulis sebuah diari ketika melakukan aktivitas reguler dan seberapa baiknya tidur mereka saat malam hari selama dua pekan.

Bukannya membuka jalan untuk rekomendasi baru atau terapi tidur, penulis mengatakan bahwa studi itu lebih baik dalam memunculkan pertanyaan bagi riset mendatang.

Berbagai pertanyaannya meliputi apakah lansia yang memiliki variasi lainnya dalam jadwal harian lebih sehat dan aktif secara sosial – atau apakah variasi itu dalam jadwal rutinitas seseorang memberikan aktivitas dan ransangan yang menjamin kualitas tidur, menurut Dautovich.

“Kita mengetahui bahwa kualitas tidur yang baik tergantung pada bagian dalam dorongan kita untuk tidur, yang berbasis pada seberapa aktif dan sigapnya kita selama seharian,” katanya.

Karena alasan itulah, beraktivitas di luar dan pada siang hari masih menjadi salah satu cara terbaik untuk memaksimalkan peluang untuk menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik.

“Aktivitas luar biasa dan tingkat kesigapan selama sehari meningkatkan kebutuhan kita untuk tidur pada malam hari,” ujar Dautovich.

Sumber: bit.ly/1d46a5v Journals of Gerontology: Series B, diakses pada 10 Desember 2013.(ac/nh)

Lamunan Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 28 November 2014

Lukas 21:29-33

21:29 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
21:30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.
21:31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
21:32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
21:33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Butir-butir Permenungan
  • Katanya, apapun yang ada di bumi bahkan dunia semesta ini ini bersifat fana. Semua ada akhirnya.
  • Katanya, segala yang hidup baik tumbuhan, hewan, dan manusia, bahkan zaman, semuanya mengalami tumbuh, berkembang, dan bahkan berbuah atau berkembang biak. Namun demikian semua mengalami musna dan mati.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa dalam diri manusia, sekalipun yang lahiriah duniawi akan hilang, ada cahaya kedalaman hati yang tetap ada dan tak lekang dari segala perubahan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu melandaskan diri dalam kedalaman batin sehingga segala kehilangan jadi penemuan dan kematian jadi kehidupan yang semuanya membawa kebahagiaan.
Ah, yang namanya hilang dan musnah adalah bencana yang mencelakakan.

Wednesday, November 26, 2014

SIAP PENSIUN MEMBANGUN RUTINITAS BARU


Pada Sabtu malam 22 November 2014 Rama Bambang menjadi pembicara untuk 44 orang pekerja kesehatan Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, yang akan pensiun. Pertemuan persiapan pensiun ini dilaksanakan di Sambi Resort, Desa Wisata Sambi, Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta. Rama Bambang dalam pembicaraan secara garis besar berproses dalam 3 langkah.
  • Pemahaman peserta  Para peserta diajak berbicara dengan teman-teman duduk terdekat tentang "Pensiunan yang bagaimana yang disebut pensiunan bermutu?" Dari hasil pembicaraan ada beberapa pokok untuk pensiunan bermutu:1) Berguna baik untuk keluarga dan masyarakat dalam arti dapat hidup berbagi; 2) Tetap memiliki harapan dan cita-cita serta secara kongkret memiliki rencana-rencana hidup kedepan; 3) Tidak patah semangat sehingga tetap memiliki dinamika hidup; 4) Tetap dapat menjalani kegiatan-kegiatan produktif; 5) Mampu menjaga kesehatan dan berjuang tidak pikun.
  • Perluasan Pengalaman  Sebagai pembicara Rama Bambang memberikan sharing pengalaman masa berhenti dari dinasnya dan kini berada di rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang, yang bernama Domus Pacis. Berdasarkan refleksi atas pengalamannya ada 4 pokok yang dihayati sehingga 5 hal yang dipahami para peserta dapat terjadi: 1) Membangun sikap dasar dengan berpikir riil. Yang harus diterima dan dijalani adalah BERHENTI dari yang biasanya terjadi sebelumnya. Tetapi tidak sekedar menerima dan menjalani, yang harus dilakukan adalah membangun kehidupan baru bertolak dari relatitas keadaan raga, daya kognitif, kekuatan jiwani, dan kehidupan rohani.; 2) Strategi utama untuk tetap dinamis, produktif, tetap memiliki idealisme dan berguna untuk rumah dan pergaulan adalah berguru pada yang muda. Bersahabat, mendengarkan dan bahkan rela diajari oleh yang muda menjadi kunci hidup bergairah di masa yang beda dengan yang dulu biasa terjadi.; 3) Menjaga kesegaran otak. Hal ini terjadi terutama dengan membaca dan berlatih hal-hal baru. Tampaknya dengan belajar internet dan membiasakan diri berinternet dapat membuat otak terjaga kesegarannya sehingga tidak mudah menjadi pelupa atau pikun. Masa tua yang biasanya ditandai dengan sedikit tidur sudah segar sehingga banyak watu terjaga, hal ini adalah anugerah kesempatan leluasa untuk belajar; 4) Mampu sepi sendiri. Bagaimanapun makin tua orang akan makin banyak mengalami kesendirian ditinggal sibuk oleh keluarga dan bahkan ditinggal mati oleh banyak teman. Kalau menjaga kesegaran otak menjadi penjagaan dan pengembangan lahiriah, maka kemampuan sepi sendiri menjadi kemampuan olah batin. Membiasakan diri olah keheningan akan membuat orang makin tua makin punya daya batin mudah ceria. Padahal keceriaan adalah daya yang memudahkan orang menjadi dinamis dan kreatif.
  • Terang iman.  Kebetulan untuk Perayaan Ekaristi bacaan-bacaan berkaitan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Injil Matius 25:31-46 dirasa sangat inspiratif untuk menghadapi masa pensiun. Orang sering bahkan ada yang biasa berpikir bahwa segala yang terjadi saat ini adalah akibat hal-hal yang disebabkan oleh kebiasaan atau rutinitas masa lalu. Tetapi dalam Injil ini diingatkan bahwa orang harus bertindak untuk membangun kebiasaan atau rutinitas masa depan. Injil yang berbicara tentang hari akhir, dimana Kristus datang pada akhir zaman, dapat menjadi terang menghadapi masa akhir dari kebiasaan dinas bekerja. Masa akhir adalah masa kehidupan baru yang harus ditandai dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Maka masa pensiun adalah masa meninggalkan kebiasaan lama untuk membangun dan menjalani kebiasaan baru. Pensiunan yang bermutu bukanlah yang hidup dalam nostalgia enaknya dan bangganya masa lalu tetapi yang hidup dalam perjuangan mengembangkan rutinitas baru. Satu hal yang dapat menjadi perhatian adalah bahwa yang dilakukan oleh para pensiunan pada umumnya lebih sedikit bahkan amat kecil dibandingkan dengan masa sebelum pensiun. Tetapi yang kecil ini bila dijalani dalam iman dengan komitmen akan memiliki daya dinamika yang amat besar.

Sabda Hidup

Kamis, 27 November 2014
Fransiskus-Antonius Pasani
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Why. 18:1-2,21-23; 19:1-3,9a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 21:20-28. BcO Dan. 9:1-4,18-27

Lukas 21:20-28:
20 "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21 Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 22 sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 23 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." 25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 26 Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Renungan:
Situasi perang tidak pernah menyenangkan bagi siapapun. Bahkan mungki para tentara pun tidak menginginkan terlibat dalam perang. Banyak tentara AS yang dikirim ke daerah perang pun akan menjalani suasana haru berpisah dengan isteri dan keluarganya. Mereka yang berada di daerah perang pasti merasakan situasi yang sangat tidak nyaman dan selalu merasa terancam. Dalam kondisi seperti itu, "Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu!" (Luk 21:23).
Kondisi semacam itu memang belum pernah kualami. Dan aku tidak berharap terjadinya perang. Namun hal senada pernah teralami kala terjadi bencana alam entah gempa atau pun gunung erupsi. Bayi dan perempuan menyusui pun menjadi korban pertama. Kepanikan membuat ibu itu tidak mampu menyusui dan menghasilkan susu yang baik. Dengan begitu bayi pun terkena akibatnya.
Kiranya kita tidak menginginkan murka itu datang. Kita tidak berharap kekejaman perang menghancurkan kedamaian dan ketentraman manusia, terlebih bayi-bayi suci. Maka marilah kita menjaga hidup dan perdamaian. Tidak perlu tergoda mengusik yang damai dan tertata. Bila tidak menginginkan berada dalam kondisi sulit maka lebih baik kita selalu menjaga perdamaian. Perdamaian dengan Allah dan sesama.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu dalam situasi panik perang atau bencana.

Refleksi:
Apa yang bisa anda lakukan untuk menjaga perdamaian dengan Allah dan sesama?

Doa:
Tuhan jangan lepaskan murkaMu. Sudilah Engkau menunggu pertobatan kami, khususnya pertobatan para pengusik perdamaian. Amin.

Perutusan:
Aku akan aktif mengusahakan perdamaian dengan Allah dan sesama.

Tuesday, November 25, 2014

KAKEK NENEK INGIN DISAYANG CUCU?

Ditulis oleh Pangesti dalam http://id.theasianparent.com

Jadi kakek nenek terkadang serba salah. Terlalu memperhatikan cucu, terkadang dibilang ikut campur, kelewat cuek juga tidak baik. Ini kiatnya agar disayangi cucu dan juga tidak berbenturan dengan anak dan menantu:

shutterstock 88177696 Kakek Nenek Ingin Disayang Cucu?

• Pahami dulu kehadiran seorang cucu di dalam keluarga. Kenali hubungan dan peran Anda sebagai kakek atau nenek. Orang seringkali lupa bahwa terdapat perbedaan besar antara menjadi orang tua dan menjadi kakek-nenek. Bagaimana pun juga, cucu adalah anak dari kedua orang tuanya, sehingga seluruh tanggung jawab pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tuanya. Jika hubungan ini tidak dipahami dengan jelas, biasanya akan timbul konflik antara kakek nenek dengan orang tua si cucu. Seringkali orang tua si cucu merasa kakek nenek terlalu mencampuri dalam hal mengurus anak. Hal ini bisa dihindari dengan memberikan kebebasan pada orang tua untuk mendidik anak. Kakek dan nenek sebaiknya mengambil sikap tut wuri handayani, mendukung saja dari belakang. Jika memang dirasakan perlu boleh juga memberikan masukan yang sifatnya mengingatkan saja.

• Jika cucu akan segera lahir, persiapkan diri untuk menjadi kakek dan nenek. Utarakan perasaan anda kepada orang tua si cucu. Bersikap tepat sebagai kakek nenek akan menjadi kunci keharmonisan hubungan antara kakek-nenek, orang tua dan cucu.

• Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam berhubungan dengan cucu. Bila perlu dengarkan nasehat dari para kekek nenek yang pernah melakukan kesalahan. Jadikan cermin bagi diri sendiri.

• Usahakan untuk terus berhubungan dengan cucu dan orang tuanya. Jika jarak memisahkan Anda, belajarlah menggunakan e-mail, atau manfaatkan sarana fax. Jika memungkinkan telepon seminggu sekali.

• Tetaplah berhubungan baik dengan keluarga besan dan orang tua cucu Anda. Semua orang tua baru sering mengalami rasa tidak percaya diri sehingga mereka memerlukan dukungan Anda—bukan kritik. Orang tua harus dibiarkan melakukan kesalahan sendiri agar bisa mengambil hikmah seperti yang dulu Anda alami. Ingat, seringkali nasehat yang terbaik adalah tidak memberi nasehat.

• Untuk menjadi kakek nenek yang baik, terkadang harus melakukan perubahan sifat dan sikap. Bukalah pikiran Anda dari gaya berpakaian, musik dan tatanan rambut yang baru ataupun yang nyeleneh.

• Kesalahan yang umumnya terjadi adalah kakek nenek tidak menghabiskan banyak waktu dengan cucu. Lakukan acara kumpul-kumpul. Berikan perhatian secara personal. Jangan ragu menjadi tempat curhat sang cucu. Jika masalahnya menyangkut konflik dengan orang tuanya, pikirkan cara yang terbaik untuk menyampaikannya agar tidak tersinggung.

• Berbagilah dengan dunia mereka. Walaupun dunia Anda sangat berbeda dengan cucu, namun sebenarnya ada banyak hal yang sama di antara Anda. Hadirilah pertandingan bola, resital, atau kegiatan mereka selagi memang memungkinkan. Sesekali mintalah cucu mengajak teman-temannya menemui Anda.

• Berbagilah kisah masa anak-anak Anda dulu juga kenangan akan kakek dan nenek Anda dulu kepada cucu. Dorong minat sang cucu untuk mengetahui tentang sejarah keluarga.

• Hilangkan kata “harus” dari kamus Anda. Bukan tanggung jawab kakek nenek untuk memberitahu cucu apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Disiplin memang perlu, tetapi tidak ada salahnya sesekali bersikap fleksibel.

• Berikan contoh dengan sikap daripada omongan. Praktekkan kehidupan yang seimbang dan aktif. Perlihatkan walaupun Anda sudah berusia lanjut, namun hidup bisa tetap penuh dengan aktifitas dan makna.

Lamunan Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 26 November 2014

Lukas 21:12-19

21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.
21:13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
21:15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh
21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.
21:18 Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang.
21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, karena orang pada umumnya merindukan ketentraman, maka segala ancaman dan konflik dipandang sebagai keburukan. Ancaman dan konflik dianggap mengganggu kehidupan.
  • Tampaknya, berhadapan dengan berbagai ancaman dan konflik orang dapat berjuang untuk menunjukkan diri sebagai baik dan benar. Dia dapat menyusun berbagai argumen untuk menghadapinya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa segala ancaman dan konflik sejatinya adalah kesempatan bagi orang untuk menjalani jati diri hidupnya yang harus selalu mengalir dari kedalaman hatinya sehingga orang justru harus hadir dari dalam keheningannya dan bukan dari reka nalarnya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang cukup bertahan untuk melandaskan diri pada aura kedalaman batinnya.
Ah, bagaimanapun konflik itu merusak hidup.