Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 1, 2015

1000 HARI BU KUSPARTINAH


Pada Senin 29 Desember 2014 di Ruang Barnabas (ruang serba guna kompleks Domus Pacis) Rama Agoeng memimpin misa yang diikuti hampir 100 orang. Yang menjadikan khusus adalah pemandangan adanya banyak perempuan berjilbab ikut duduk di deretan kursi bagian belakang. Mereka adalah adik-adik Bu Rini dan anak-anaknya. Misa yang sedianya dimulai pada jam 17.00 tetapi mundur 30 menit, karena banyak tamu datang terlambat akibat kini jalan Yogya amat padat, memang ada kaitan dengan keluarga Bu Rini, salah satu relawati Komunitas Rama Domus Pacis. Ini adalah misa peringatan 1000 hari Bu Kurpartinah (Ibunda Bu Rini). Bu Rini adalah satu-satunya anggota keluarga yang beragama Katolik. Orang tua dan adik-adiknya beragama Islam.

Misa memang diselenggarakan dengan sederhana dalam arti tanpa tanpa kor. Pak Loly dari Nologaten mengiringi dengan keyboard dan Bu Rini Wandi dari Ambarrukmo menjadi dirigen umat. Tetapi misa ini oleh Bu Rini dirasa amat menggembirakan. Barangkali karena nyanyian sungguh melibatkan umat dengan iringan irama kroncong dan ritm lain, dan juga bagi Bu Rini karena berhasil mengajak teman-teman dekat Lingkungan Sleman Timur (tempat tinggal Bu Rini) dan sanak saudaranya datang berkunjung ke rama-rama Domus Pacis. Rama Yadi, Rama Harto, Rama Tri Wahyono, dan Rama Bambang menjadi bagian dari umat.

Rama Agoeng, yang memimpin misa dengan amat khitmat, memulai bagian homili dengan meminta Bu Rini menyampaikan sharingnya. Dalam sharing Bu Rini menceriterakan bahwa almarhum ibunya adalah seorang nasionalis. Beliau membiarkan Bu Rini menjadi Katolik. Di kala sakit di RS Betesda dan dikunjungi oleh teman-teman Bu Rini yang bertanya apa boleh mendoakan, sekalipun beragama Islam dan shalat almarhum menerima dengan senang hati. Bahkan ketika kelompok pengunjung membuat tanda salib beliau juga ikut membuat tanda salib sehingga membuat beberapa teman tersenyum. Bagi Bu Rini almarhum juga menjadi motivator ulung yang selalu meneguhkan dan membesarkan hati Bu Rini pada saat mengalami kesusahan dan derita dengan selalu mengatakan "Ora papa, iki ana aku" (Tenang saja, ini ada aku). Peran motivator ini dikembangkan oleh Rama Agoeng dalam homilinya. Kehadiran Bu Rini, paling tidak dalam pengalaman di Domus Pacis, juga menjadi cahaya motivasi yang membawa keceriaan para rama dan karyawan. Sebagai guru yang gajinya tidak besar, sebagai guru yayasan sekolah yang tidak kuat dan tidak kaya, Bu Rini membawa dalam hidupnya daya motivasi almarhum dalam pelayanan bagi para siswa dan kelompok-kelompok termasuk para rama Domus Pacis. Misa ditutup dengan acara memperkenalkan keluarga Bu Rini dan kemudian makan bersama.

0 comments:

Post a Comment