Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, April 6, 2015

Sabda Hidup

Selasa, 07 April  2015
HARI SELASA
DALAM OKTAF PASKAH
warna liturgi Putih
Bacaan:
Kis. 2:36-41; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; Yoh. 20:11-18.  BcO 1Ptr. 1:22-2:10

Yohanes 20:11-18:
11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 15 Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." 16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Renungan:
Kesedihan Maria begitu mendalam. Ia sungguh kehilangan dengan kematian Yesus. Kepedihannya semakin mendalam kala dia tidak menemukan jenasah Yesus dan mengira jenasahNya dicuri orang. Kepedihannya sungguh menutup mata dan hatinya sampai dia tidak mengenali Yesus yang bertemu dengannya.
Kepedihan seringkali menutup mata kita untuk melihat harapan. Cahaya cerah pun terlihat gelap. Hidup serasa tidak berarti. Semua terasa hampa. Pada masa-masa seperti itu kita mesti memaksa diri kita untuk mendengar suara Tuhan. Walau ada penolakan, kita tetap harus melawannya dan membangkitkan harapan. Kita tidak boleh berhenti pada kepedihan. Maria mendengar panggilan dari Yesus. Ia pun mulai mengenaliNya. Harapannya hidup. Ia pun menjadi pembawa berita tentang kebangkitan Yesus.

Kontemplasi: 
Bayangkan suasana hati Maria dan perjumpaannya dengan Yesus dalam Injil Yoh. 20:11-18..

Refleksi:
Bagaimana caramu bangkit dari suasana sedih?

Doa:
Tuhan semoga aku selalu memegang harapan kebangkitan PuteraMu.  Aku mampu segera bangkit kala kesedihan menghampiriku. Amin.

Perutusan:
Aku akan segera bangkit dari kesedihan dan membangkitkan sesamaku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment