Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, May 29, 2015

Sabda Hidup



Sabtu, 30 Mei2015
Marta Wiecka, Baptista Varani
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Sir. 51:12-20; Mzm. 19:8,9,10,11; Mrk. 11:27-33.  BcO Yak. 1:19-27

Markus 11:27-33:
27Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua,28dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?"29Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.30Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!"31Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?32Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.33Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."

Renungan:
Yesus sadar pertanyaan imam-imam, ahli Taurat dan tua-tua hanyalah untuk mencobai dan menjebakNya. Maka Ia tidak mau menanggapi pertanyaan tersebut sebelum terlebih dahulu menjawab pertanyaanNya. Dan ternyata mereka pun takut menjawab pertanyaan Yesus dengan aneka pertimbangannya (Bc. Mrk 11:31-33).
Ada banyak orang tulus bertanya karena tidak tahu, tapi tidak sedikit pula yang memasang perangkap dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Sikap itu bisa kita kenali dengan pengalaman kita pada orang yang bertanya ataupun dari rasa perasaan kita. Ketulusan atau kelicikan itu bisa kita rasakan. Semakin tajam rasa perasaan kita semakin mudah kita mengenalinya.
Marilah kita mengolah sungguh kepekaan rasa perasaan kita untuk menangkap sesuatu. Kemampuan ini akan membantu kita melepaskan diri dari jebakan yang mungkin diarahkan kepada kita.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu berhadapan dengan orang yang bertanya padamu. Rasakan dia tulus bertanya atau ingin menjebakmu.

Refleksi:
Bagaimana kemampuanmu menangkap maksud orang?

Doa:
Ya Tuhan semoga aku mempunyai kepekaan menangkap maksud orang. Bebaskanlah aku dari rencana-rencana jahat. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengolah rasa perasaanku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment