Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, July 25, 2015

Sabda Hidup



Minggu, 26 Juli 2015
Hari Minggu Biasa XVII
warna liturgi Hijau 
Bacaan
2Raj. 4:42-44; Mzm. 145:10-11,15-16,17-18; Ef. 4:1-6; Yoh. 6:1-15. BcO 1Raj. 8:22-34,54-61

Yohanes 6:1-15: 
1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." 15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Renungan:
Dalam sebuah perayaan di Domus Pacis, tamu yang datang melebihi jumlah katering yang dipesan. Rm. Bambang pun sempat mengumumkan kalau makanan kurang diminta untuk maklum. Ternyata para ibu yang masak dengan sigap menata jumlah makanan agar mencukupi untuk para tamu yang hadir. Dan berkat kesigapan para ibu maka makanan cukup bahkan sisa.
Berlimpahnya tamu tentu membahagiakan mereka yang lagi punya acara. Namun kelimpahan ini menuntut kesigapan para pengracik hidangan. Yesus didatangi ribuan orang. Ia pun tergerak untuk memberi mereka makan. Para murid kaget dengan itu. Mereka hanya mampu menyerahkan lima roti dan dua ikan. Dengan sigap Yesus menggandakannya sehingga semua orang bisa makan sampai kenyang.
Ada banyak peristiwa semacam itu yang kita alami. Pada saat seperti itu hati kita tetap harus tenang dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi. Kita tidak akan pernah kekurangan kala kita percaya yang kita siapkan cukup dan bisa diatur.

Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Bayangkan dirimu sedang mengadakan hajatan. Tamunya begitu banyak. Tatalah bagaimana agar semua tamu kebagian hidangan.

Refleksi:
Apa yang mesti kaulakukan kala harus memberi makan sesamamu?

Doa:
Bapa, kami percaya Engkau selalu menjamin kehidupan kami. Semoga kami pun juga menjadi berkat bagi sesama kami yang membutuhkan. Amin.

Perutusan:

Aku akan menata sedemikian rupa agar orang-orang di sekitarku terjamin hidupnya. -nasp-

0 comments:

Post a Comment